Cerpen tentang kehidupan | by: Villdemin
terinspirasi dari Anime : Angel Beats
Keajaiban Dalam Kehidupan
Mataku terbuka perlahan, seluruh badanku terasa
kaku, mengerjapkan mata beberapa kali baru kudapat melihat jelas ruangan kosong
yang luas dan tak berpenghuni yah, kecuali aku di dalamnya. Aku meringis saat
mencoba untuk bangun dari kasur berwarna putih itu, kulihat selang infus
menghiasi tangan pucatku, tunggu, aku ? siapa aku? Mengapa aku bisa disini?
Siapa nama aku? Oh..Kepalaku pusing, dadaku sakit, sulit rasanya untuk
bernafas. Aku pun melepas saluran pernafasan dari mulutku dan beranjak dari
kasur, mencoba berdiri tapi kakiku tak berdaya. Aku menatap ruangan dengan
penuh pertanyaan. Aku tidak ingat apapun, apa ini? Kepalaku tidaklah terluka,
kuraba terus seluruh kepalaku, aku ingin teriak....teriak memanggil seseorang,
siapapun itu! Tetapi, suaraku? Mengapa suaraku tidak lekas keluar?
Tak lama kudengar langkah kaki dari luar sana,
sepertinya langkah itu semakin lama semakin dekat, pintu ruangan itupun terbuka
perlahan, aku lega, aku tak tahu mengapa, mungkin karna aku sempat berpikir,
bahwa aku berada di dunia lain yang tak berpenghuni dan aku hanya sendiri
didalamnya yang tidak tahu siapa diriku, kehidupanku bahkan akupun tak yakin
bahwa waktu masih berputar. Aku menunggu sosok dari balik pintu itu, mungkin
dengan melihatnya aku bisa mengingat sesuatu. Sosok itupun perlahan
memperlihatkan batang hidungnya, kulihat wajahnya secara seksama, wajah itu
tidaklah familiar, mataku sedikit kabur saat mencoba menatapnya dengan jelas,
badannya yang tinggi gagah dan senyumannya penuh dengan keramahan walaupun
pertamanya ia sempat terkejut melihatku yang sedang bersandar di kasurku dengan
posisi duduk, aku tak tahu harus berkata apa, mataku terus menatapnya bingung,
mencoba tersenyum tapi kurasakan pipiku yang terasa kaku, 1 detik 2 detik.....5
detik akhirnya iapun memulai
pembicaraan.
“aku tak menyangka kau akan tidur selama ini sobat,
sudah lama kah kau terbangun? Mengapa kau melepaskan saluran pernapasan itu?
kau masih harus memerlukan perawatan, biarkan kupanggil dokter sebentar.”
Ucapnya tanpa mempersilahkanku menjawab, aku hanya terdiam melihat ia beranjak
keluar memanggil seorang dokter. Tak lama kulihat seorang dokter berlari kecil
memasuki ruangan yang aku tempati, dibelakangnya kulihat lelaki itu sedang
membuka jaket yang ia kenakan dan meletakkannya di sofa yang ada diruangan.
“apa kabar? Bagaimana keadaanmu sekarang? Kurasa kau
sudah mendapatkan kekuatanmu kembali ya? Hahaha.” Ujar dokter itu dengan
sedikit candaan sambil memeriksa keadaanku dan memasang kembali saluran
pernafasan yang kulepas tadi, aku tak bisa berkata apapun dan untungnya aku
bisa tersenyum sekarang.
“ keadaanmu memang sudah sangat membaik, tapi saya
pikir kamu masih perlu banyak beristirahat, bagaimana dengan badanmu? Apakah
sudah mudah digerakkan?” aku mencoba
menggerakkan lenganku dan ku menggeleng pelan sambil memegang kakiku yang
terasa lemas seperti orang lumpuh itu.
“kurasa badannya masih terasa kaku dokter, apalagi
dia sudah 1 minggu lebih tidak menggerakkan tubuhnya sama sekali, apakah boleh
dia mengikuti latihan therapy sekarang ini?” ujar lelaki itu kepada dokter, aku
disini bagai orang bodoh yang tak bisa berkata apa-apa bahkan aku tak tahu
siapa orang yang begitu perhatian padaku itu. Aku mendengar bahwa aku sudah tak
sadarkan diri selama 1 minggu.. apa yang sebenarnya terjadi denganku? Aku perlahan memperhatikan seluruh badanku,
banyak luka kecil dan luka memar yang menghiasi badanku, ku mencoba mengingat
kejadian terakhir yang kualami tapi semua percuma, aku tak bisa mengingat
apapun.
“ dik Alvin, mungkin kamu sekarang sudah bisa pindah
ke ruang inap biasa, kamu tak perlu lagi menggunakan saluran pernafasan ini, saya
senang kamu baik-baik saja, nanti kamu akan di bantu perawat-perawat disini.”
Ujar dokter tersebut seusai berbincang-bincang dengan lelaki yang tak kukenal
itu, dokterpun berucap sambil membuka saluran pernafasanku, aku hanya dapat
mengangguk, dokter tersebut pun beranjak pergi dari ruangan dan kesunyian
kembali terlahir di ruangan ini seketika. Aku tersadar, dokter tadi memanggilku
dengan sebutan nama Alvin... apa itu namaku? Mengapa aku tidak sadar bahwa itu
adalah namaku? Alvin? Alvin? Nama itu terus terngiang di pikiranku, lamunanku
pun terbuyar saat lelaki itu menyentuh bahuku.
“apa
kau ingat siapa aku? Alvin? ...mm mungkin kau memang lupa denganku, haha aku
lelaki yang..”
“permisi, dokter meminta kami untuk membantu tuan Alvin untuk berganti ruangan,
apakah dilakukan sekarang?” tiba-tiba 2 perawat memasuki ruanganku dan memotong
pembicaraan kami, dan sukses membuatku semakin penasaran tentang siapa dia dan
siapa diriku.
------
“apa yang kau rasakan sekarang sobat?” ujar lelaki
itu setelah aku merebahkan tubuhku di kasur yang berbeda dari sebelumnya,
ruangan baru yang cukup luas, mungkin ini adalah ruangan inap kelas atas, tapi
aku tak bisa menolak sebab aku masih tak tahu siapa aku ini. Aku mencoba
membuka mulutku, suaraku keluar perlahan, tetapi masih serak dan bervolume
sangat kecil, lelaki itupun mendekatkan telinganya dan mencoba mendengar
jawabanku dengan baik.
“a..aa..ku lelah, siapa akuu?” ujarku akhirnya,
dengan suara yang bergetar aku mencoba untuk bersuara, lelaki itu menatapku
heran dan kemudian mencoba untuk tersenyum.
“kau tidak mengingat siapa kau? Sebenarnya aku tidak
terlalu tahu siapa kau ini, tapi apakah kau ingat ini?” ucap lelaki itu dan
memperlihatkan lehernya yang terdapat segores bekas luka dan tampaknya luka itu
sangat lah dalam sebelumnya. Kepalaku pusing, aku mencoba mengingatnya, muncul
bayang-bayang kecil yang memperlihatkanku keadaan dimana darah berceceran
dimana-mana dan teriakkan anak kecil menangis yang terngiang di pikiranku. Aku
semakin tak karuan, kepalaku pusing dan rasanya aku ingin berteriak meminta
pertolongan. Tetapi lelaki itu tiba-tiba berucap,
“mungkin kau harus beristirahat terlebih dahulu,
jangan terlalu banyak berpikir, karena akan mengganggu kesehatanmu, aku yakin
pasti kau lapar, karna selama satu minggu lebih ini kau hanya memakan bubur
cair yang disalurkan kelambungmu menggunakan selang, aku khawatir kau akan
terkena maag, jadi biarkan aku membawakan makanan untukmu.” Ujarnya seperti ia
tahu apa yang sedang aku pikirkan, memang aku sangatlah lapar.
Selang waktu yang cukup lama, aku telah
menyelesaikan makananku dan sebelumnya aku sempat tertidur dengan waktu yang
tidak singkat, sekarang kepalaku sedikit lebih ringan, aku bersandar menatap
lelaki yang kurang lebih seumuran denganku itu dengan tampang yang sedikit
serius, aku akan berusaha mengingatnya, semua, mengingat semua yang telah
terjadi.
“aku sebelumnya bertanya kepada dokter, mungkin
kejadian ini sudah sering terjadi, katanya bagi pasien yang baru saja bangun
dari komanya yang begitu lama akan mengalami lupa ingatan seperti ini, tapi kau
tenang saja, bila kau semakin banyak istirahat maka ingatanmu akan cepat
kembali” aku terdiam, mengingat kembali apa yang aku mimpikan tadi saat aku
beristirahat, aku tak tahu apakah itu adalah kejadian yang nyata atau tidak,
yang jelas didalam mimpiku tadi aku merasa bahwa aku telah mati, meninggalkan
semuanya, meninggalkan impianku, jatuh dalam ruangan yang gelap, tak ada
makanan dan juga minuman, semua menangis, dan aku tak bisa melakukan apapun.
“aku farich, aku adalah korban kecelakaan kereta api
yang terjadi 1 mingguan lalu, aku dan kau sama-sama di kereta tersebut, aku dan
kau sama-sama berjuang untuk hidup, dan kau adalah seorang pahlawan bagi semua
orang disana, apa kau tidak ingat hal itu?”
Aku terkejut, pahlawan? Semua bayangan itu tiba-tiba di pikiranku
FLASHBACK
Hari itu, aku akan mengejar
impianku, setelah menyelesaikan kuliahku dikedokteran, aku akan melakukan
praktek pertamaku di daerah terpencil di kawasan kyoto, itu pertama kalinya aku
menggunakan kereta bawah tanah selama hidupku. Aku akan memperbaiki hidupku
dengan ini semua, karena hampir separuh hidupku aku jalani dengan sia-sia
dimana dulu aku selalu meremehkan hidup dan hanya memikirkan seseorang yang
kusayangi tanpa mengerti apa arti kehidupan. ...Tapi semua harapan itu berubah
seketika, dimana kereta yang kutumpangi mengalami kecelakaan dan semua
didepanku menjadi gelap.
Mataku
terbuka dan semua harapan yang terkubur itu perlahan menghilang saat aku
menyadari aku masih dalam duniaku, dan masih dapat menghela napas dengan lega,
aku berdiri melihat sekelilingku, badanku memang terasa sakit, banyak sekali
luka memar di badanku, saat ku melihat semua orang tergeletak tak berdaya di
sekitarku, aku hanya terdiam, dan terkadang merintih kesakitan, tak lama aku
mendengar suara tangisan anak kecil yang memanggil mamanya, akupun terbangun
dan mencari sumber suara itu, ternyata ia berada disudut kereta, menangis
memeluk lututnya yang gemetar, akupun langsung memeluknya, anak kecil itu
menunjuk mamanya yang sedang tergeletak di sebelah bangku kereta, akupun
melihat ibu itu masih bernyawa, ia masih bernafas, dan dipikiranku sekarang
adalah membantunya, memberikan pertolongan kepadanya, membersihkan lukanya yang
terkena serpihan kaca, dan dari sana aku berpikir bahwa mengobati mereka
sekarang ini adalah kewajibanku.
Waktu
berlalu begitu cepat, aku sungguh bersyukur bahwa mereka ternyata masih
selamat, hanya beberapa dari mereka yang mengalami luka parah karna pecahan
kaca yang begitu tajam. Farich, aku ingat siapa dia, dia adalah mahasiswa yang
mengalami luka dalam di bagian lehernya yang kemudian ku berikan pertolongan
kecil untuk menghentikan pendarahan di lehernya, iapun bersedia membantuku
selama pengobatan karena kebetulan ia merupakan
salah satu mahasiswa kedokteran. Aku bersamanya membantu mereka dengan
peralatan seadanya yang kubawa sebagai bekal praktekku. Tapi malangnya kami
harus terjebak di lorong bawah tanah tersebut dengan perbekalan yang sangat
terbatas, semua jalan ditutupi oleh tanah dan tak ada jalan keluar untuk
mendapatkan udara segar, tak ada pertolongan yang muncul selama kami berada 3
hari disana. Hari berjalan begitu cepat, semua orang kelaparan sekarang, kami
hanya mengisi perut kami dengan minuman botol yang tersedia di kereta untuk
bekal masinis kereta dan para asistantnya, tapi pastinya minuman-minuman tersebut
tidak akan cukup bagi kami, tak ada seorangpun diluar sana yang dapat kami
hubungi sebab sinyal sajapun tidak ada. Aku? Aku sendiri hanya terus bertahan
hidup menunggu keajaiban yang datang, sedia setiap saat memberikan pertolongan
bagi mereka dengan kemampuan yang kupunya saat itu. Walaupun diriku tak mampu
lagi bergerak dengan luka memar yang tak lekas sembuh akibat benturan saat kecelakaan
itu.
4 hari...5 hari... 6 hari kami lewati, tanpa
makanan, tanpa minuman, sejak hari ke 5 itu kami sudah kehabisan air minum, dan
semua dari kami hanya bisa berbaring lemas menunggu keajaiban, aku menahan
tangis, rasa sakit yang kualami di tambah rasa haus yang luar biasa membuat
harapanku yang sempat bangun itu kembali jatuh perlahan-lahan, mataku lelah,
dadaku terasa sesak, farich memanggil namaku berkali-kali tapi aku tak bisa
melakukan apa-apa, mataku tertutup perlahan-lahan disaat sinar tiba-tiba
muncul, tapi aku tidak tahu apa sinar itu, aku hanya terdiam dan kehilangan
kesadaranku. -Flasback End-
Aku menangis, menyesali semuanya, tetapi dibalik itu
aku bersyukur, bersyukur bahwa aku masih hidup didunia ini, di dunia dimana aku
dapat melanjutkan cita-citaku yang aku impikan semenjak ibuku meninggalkanku
sebatang kara, aku hanya ingin mendapatkan ucapan terimakasih dari semua orang
karena aku berguna bagi mereka, ibuku lah yang membuatku mengerti apa arti
kehidupan, pentingnya menghargai hidup, karena hidup hanyalah sekali dimana
yang sudah terjadi semua adalah kehendak Tuhan dan kita ditugaskan untuk
mengindahkan apa yang sudah menjadi kehendak-Nya.
ini cerpen sebenarnya di buat hanya dengan waktu semalam, lebih tepatnya sistem kerja kebut semalam..XD karena ni cerpen buat tugas sekolah, dan aku buatnya pas besoknya ud kumpul, ckckck jadi critanya agak sedikit ngawur, smoga ad yang suka deh dengan cerpen ini.... butuh kritik dan saran juga ni :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar